
TENTANG
SENI PERTUNJUKAN TEATER
GURU PEMBIMBING: RENI HERLINA ASIBA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
·
AKBAR
·
APRILIANTI JUSMAN
·
ILHAM ILAHI
·
KASMAWATI
·
MARDIAH
·
TASYA ADELA O.
·
TINA
SMA N 1 KERITANG
JALAN H.USMAN NO.04 PARIT TUAN BRACK
TP.2018/2019
·
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “SENI PERTUNJUKAN TEATER”.
Makalah
ini berisikan tentang informasi Pengertian TEATER atau yang lebih khususnya membahas tentang JENIS-JENIS TEATER
MODERN TRADISIONAL dan CONTOH-CONTOH TEATER dalam SENI BUDAYA Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang TEATER. Kami menyadari bahwa Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhaisegala usaha kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................
i
DAFTAR
ISI................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................
1
A.
Latar
Belakang..............................................................................
1
B.
Rumusan Masalah.........................................................................
2
C.
Tujuan
Penulisan...........................................................................
2
BAB
II
PEMBAHASAN...........................................................................
3
A. Pengertian Teater .........................................................................
3
B.
Jenis-jenis Teater
......................................................................... 4
C.
Contoh Teater Tradisional ...........................................................
5
D. Langkah
Menyiapkan Pertunjukan Teater
E.
Fungsi Teater
BAB III
PENUTUP.....................................................................................
12
A.
Kesimpulan...................................................................................
12
B.
Saran.............................................................................................
12
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia
selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya
dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni.
Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung
ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang.
Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi
perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah
kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita
menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal
ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan
para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam
memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar
belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah
satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater
tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang
ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh
perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya,
kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik
Disini
kami mengangkat tema seni teater tentang kehidupan seorang wanita yang mencoba
melawan segala ketidakadilan yang dialaminya, mencoba melawan itu semua walau
ia hanya seorang wanita . mungkin kisah ini sebagian besar pernah dialami oleh
para TKW di Indonesia, apa yang mereka lakukan dan apa reaksi orang orang
terhadap mereka . Tetapi sebelum itu mari kita kupas lebih dalam lagi tentang
teater, demi mendukung seni teater INDONESIA.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Teater ?
2) Jenis-jenis Teater ?
3) Contoh Teater Tradisional ?
C. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan Pengertian Teater
2) Menyebutkan Jenis-jenis Teater
3) Menyebutkan Contoh Teater Tradisional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teater
Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing
Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya,
dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang
dipertunjukkan didepan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah
pertunjukan. misalnya ketoprak, ludruk,
wayang, wayang wong, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan
lain sebagainya.
Adapun
pengertian teater menurut para tokoh, antara lain :
1. Menurut Harymawan, 1993 : Teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yang
berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara
kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis.
Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa
terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai
berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun
boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton,
serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”.
2. Menurut Bakdi Soemanto, 2001 : Teater selalu dikaitkan dengan kata
drama yang berasal dari kata Yunani Kuno “draomai” yang berarti bertindak atau
berbuat dan “drame” yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot
dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas
menengah. Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap
satu masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika.
Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM),
sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata “teater” dan “drama”
bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang
mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau
karya sastra.
3. Menurut Kasim Achmad, 2006 : Istilah Teater sekarang lebih umum digunakan tetapi sebelum itu istilah
drama lebih populer sehingga pertunjukan teater di atas panggung disebut
sebagai pentas drama. Hal ini menandakan digunakannya naskah lakon yang biasa
disebut sebagai karya sastra drama dalam pertujukan teater. Di Indonesia, pada
tahun 1920-an, belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara atau
tonil (dari bahasa Belanda: Het Toneel). Istilah Sandiwara konon
dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta. Kata sandiwara
berasal dari bahasa Jawa “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah”
yang berarti, “pengajaran”. Menurut Ki Hajar Dewantara “sandiwara” berarti
“pengajaran yang dilakukan dengan perlambang” (Harymawan, 1993). Rombongan
teater pada masa itu menggunakan nama Sandiwara, sedangkan cerita yang
disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman
Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi
masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.
Jadi,
teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di
ataspanggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan
“teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur
dari “teater”.
B. Jenis Seni Teater
a. Teater Rakyat (tradisional)
Pertunjukan
hanya dilaksanakan dalam kaitan dengan upacara tertentu, seperti khitanan,
perkawinan, selamatan dan sebagainya. Contoh-contoh teater rakyat adalah
sebagai berikut Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco di Jawa Tengah,
b. Teater Klasik (keraton)
Segala
sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung
pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan
rakyat(penontonnya). Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan. Contohnya
Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, dan Langendriya.
c. Teater Modern
Teater
modern merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya
penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater Barat. Jenis teater seperti Komedi
Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan sebagainya merupakan
contoh teater modern. Dalam Srimulat sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan Ludruk
atau Ketoprak, jenis ceritanya diambil dari dunia modern.
Musik, dekor, dan properti lain menggunakan
teknik Barat. Teater sudah membudaya dalam kehidupan bangsa kita.
C. Contoh
Teater Tradisional
1.
Ketoprak
Ketoprak merupakan
teater tradisional yang populer di Jawa Tengah. Pada mulanya Ketoprak
hanyalah permainan orang - orang desa yang sedang menghibur diri dengan
menabuh lesung di bulan Purnama, yang disebut gejogan.
Pada
perkembangannya menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional yang
lengkap. Semula disebut ketoprak lesung, kemudian
dengan dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian
dan lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan,
maka lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang sekarang kita kenal.
Ketoprak pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909.
2. Lenong
Lenong
merupakan teater tradisional Betawi yang menggunakan musik Gambang
Kromong. Lenong terbagi menjadi Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan
Lenong Denes (yang lakonnya tentang raja - raja dan pangeran)
sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada
penerusnya. Pertunjukan Lenong Preman (yang lakonnya tentang rakyat
jelata) seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya
dimainkan semalam suntuk. Karena jaman berkembang dan
tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan - perubahan. Bersamaan dengan diresmikannya
Pusat Kesenian Jakarta (Taman Ismail Marzuki), lenong yang tadinya hanya
dimainkan di kampung - kampung, oleh SM. Ardan dibawa ke Taman Ismail
Marzuki, tapi waktu pertunjukannya diperpendek menjadi satu sampai dua
setengah jam saja.
Teater
tradisional Betawi yang lain adalah Topeng Betawi, Topeng Blantek dan
Jipeng (Jinong). Topeng Betawi menggunakan musik Tabuhan Topeng
Akar, Topeng Blantek menggunakan musik Tabuhan Rebana Biang
dan Jipeng atau Jinong menggunakan musik Tanjidor.
Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan sejarahnya, Lenong
mendapat pengaruh dari teater Bangsawan.
3.
Longser
Longser
merupakan teater tradisional di Jawa Barat. Menurut pendapat, kata Longser
berasal dari kata "Melong" yang berarti melihat dan
"seredet" yang berarti tergugah. Diartikan bahwa siapa yang
melihat pertunjukan hatinya akan tergugah.
Sebagaimana
dengan tontonan teater tradisional yang lain, tontonan Longser juga
bersifat hiburan. Sederhana, jenaka dan menghibur. Tontonan Longser
bisa diselenggarakan di mana saja, karena tanpa dekorasi yang rumit. Dan
penonton bisa menyaksikannya dengan duduk melingkar.
4.
Ludruk
Ludruk
merupakan teater tradisional di Jawa Timur yang bersifat kerakyatan.
Asalnya dari Jombang. Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Pada perkembangannya,
Ludruk menyebar ke daerah - daerah di sebelah barat, karesidenan Madiun,
Kediri sampailah ke Jawa Tengah.
Pada
tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan oleh laki - laki. Cerita
yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan rakyat atau masyarakat,
yang dibumbui dengan perjuangan melawan penindasan. Unsur parikan atau
kidungan di dalam Ludruk pengaruhnya sangat besar. Misalnya, parikan yang
dilantunkan oleh Cak Durasim di zaman penjajahan Jepang, membuat Cak
Durasim berurusan dengan kempetei Jepang.
5.
Mamanda
Mamanda
merupakan teater tradisional yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan bangsawan Malaka ke Banjar Masin,
yang ceritanya bersumber dari syair Abdoel Moeloek. Meskipun masyarakat
Banjar sudah mengenal wayang, topeng, joget, Hadrah, Rudat, Japin, tapi
rombongan Bangsawan ini mendapat tempat tersendiri di masyarakat.
Pada
perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi Badamuluk. Dan berkembang
lagi menjadi Bamanda atau mamanda. Kata Mamanda berasal dari kata “mama”
yang berarti paman atau pakcik dan “nda” yang berarti yang terhormat.
Mamanda berarti Paman yang terhormat. Struktur dan perwatakan pada
tontonan Mamanda sampai sekarang tidak berubah. Yang berubah hanyalah tata
busana, tata musik dan ekspresi artistiknya.
6. Arja
Arja
merupakan teater tradisional di Bali. Cukup banyak bentuk teater
tradisional yang ada di Bali. Arja juga merupakan teater tradisional
Bali yang bersifat kerakyatan. Penekanan pada pertunjukan Arja adalah
tarian dan nyanyian. Pada awalnya tontonan Arja dimainkan oleh laki -
laki, tapi pada perkembangannya lebih banyak pemain wanita, karena
penekanannya pada tari.
Arja
umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu yang bertolak dari cerita
Gambuh. Namun seiring perkembangan, dimainkan juga lakon dari Ramayana dan
Mahabharata. Tokoh - tokoh yang muncul dalam Arja adalah Melung (Inye,
Condong) pelayan wanita, Galuh atau Sari, Raja Putri, Limbur atau
Prameswari, mantri, dll.
7.
Kemidi Rudat
Kemidi
Rudat merupakan teater tradisional kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun
bernuansa Melayu. Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan
gamelan. Bahkan lakon - lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu
lama dan dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.
8. Kondobuleng
Kondobuleng
merupakan teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar.
Kondobuleng berasal dari kata "kondo" yang berarti bangau dan
"buleng" yang berarti putih. Yang kalau di artikan berarti bangau
putih. Tontonan Kondobuleng ini mempunyai makna simbolis.
Sebagaimana
teater tradisional umumnya, tontonan Kondobuleng juga dimainkan
secara spontan. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung
bangau. Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang
dipadukan dengan gerak stilisasi. Yang unik dari tontonan ini adalah
tidak adanya batas antara karakter dengan properti yang
berlangsung pada adegan tertentu. Mereka pelaku, tapi pada adegan yang
sama mereka adalah perahu yang sedang mengarungi samudera. Tapi pada
saat itu pula mereka adalah juga penumpangnya.
9.
Dulmuluk
Dulmuluk
merupakan teater tradisional di Palembang, Sumatera Selatan. Nama dulmuluk
diambil dari nama tokoh cerita yang terdapat dalam Hikayat Abdoel Moeloek.
Teater tradisional Dulmuluk ini juga dikenal dengan sebutan Teater Indra
Bangsawan.
Tontonan
Dulmuluk ini juga menggunakan sarana tari, nyanyi dan drama sebagai bentuk
ungkapannya. Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tontonan,
karena pemain juga menyanyikan dialog - dialognya. Humor dan banyolan
sangat dominan dalam tontonan Dulmuluk, yang memadukan unsur - unsur tari,
nyanyi dan drama ini.
10.
Randai
Randai
merupakan teater tradisional yang berasal dari Minangkabau, Sumatera
Barat. Teater Randai bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba yang berarti “cerita”.
Kaba yang berbentuk gurindam dan pantun didendangkan dengan iringan
saluang, rabab, bansi dan rebana. Tontonan berlangsung dalam pola
melingkar berdasarkan gerak - gerak tari yang bertolak dari silat. Gerak -
gerak silat ini disebut gelombang.
Cerita
- cerita yang digarap menjadi tontonan adalah cerita - cerita lisan berupa
legenda dan dongeng yang cukup popular di tengah masyarakat. Randai
adalah tontonan yang menggabungkan musik, nyanyian, tari, drama dan seni
bela diri silat. Umumnya dipertontonkan dalam rangka upacara adat maupun
festival.
11.
Makyong
Maknyong
merupakan teater tradisional yang berasal dari pulau Mantang, Riau. Pada
mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi seiring
perkembangan, kemudian dimainkan cerita - cerita rakyat, legenda dan
cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan dan
para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana - istana.
Tontonan
Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang panjak (pawang)
agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi keselamatan. Unsur
humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi tontonan. Tidak seperti
tontonan teater tradisional lainnya dimana umumnya dimainkan oleh laki -
laki, pada tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau
pemain laki - laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara pemain
wanita tidak memakai topeng. Cerita lakon yang dimainkan berasal dari
sastra lisan berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat
disana.
D. Langkah Menyiapkan Pertunjukan Teater
1. Menyusun Jadwal
Menyusun
jadwal sangat penting agar pementasan suatu karya teater berhasil dan sukses.
Penyusunan jadwal kegiatan berupa jadwal latihan, jadwal persiapan properti,
jadwal pengerjaan artistik, dan lain sebagainya. Penyusunan jadwal kegiatan
berhubungan erat dengan hari, tanggal, bulan, dan jam pementasan.
2. Mengelola Teknik Permainan
Teknik
permainan teater mutlak harus dikuasai oleh pemain. Tiap pemain mempunyai
karakter permainan yang berbeda-beda. Hal ini akan menjadi kendala bagi
jalannya pementasan. Untuk mengatasinya adalah dengan latihan dan pendalaman
karakter yang akan diperankan.
3. Mengelola Kebutuhan Pergelaran Teater
a. Kebutuhan
Pemeran
1) Alat Rias
pemain
·
Base adalah bahan dasar yang berfungsi sebagai
pelindung kulit dan mempermudah proses make-up dan pembersihan make-up.
·
Foundation, bahan ini biasanya memberikan dasar warna
kulit
·
Eyebrow pencil, adalah pensil yang digunakan untuk
menebalkan dan membentuk alis.
·
Eyelash, adalah alat untuk membentuk dan memperindah
serta melengkungkan bulu mata
·
Eyeshadow, adalah bahan untukmemperindah dan memberi
bentuk tiga dimensi pada kelopak mata.
·
Lipstik, adalah pewarna bibir
·
Blending, adalah bahan penyempurna riasan pada wajah
Shadow dan highlight,
adalah bahan untuk menciptakan efek pada pipi agar terlihat lebih menonjol.
2) Pemilihan
Kostum
Kostum
biasanya terbagi kedalam pakaian dasar, pakaian kaki (sepatu dan kaos kaki),
pakaian tubuh (pakaian luar atau pakaian sebenarnya yang dapat dilihat oleh
penonton), aksesoris kepala (segala yang dipakai di kepala yang berfungsi
sebagai hiasan termasuk rambut palsu), serta aksesoris yang lain yang dikenakan
pada bagian tubuh tertentu seperti di bahu, di tangan di telinga dan di lutut,
termasuk hiasan yang tidak dikenakan langsung seperti payung, pedang, kipas,
keris, dll.
b.
Perlengkapan Pentas
1) Tata cahaya
(Lampu)
·
Lampu striplight, yaitu lampu yang berderet. Lampu
jenis ini memiliki dua macam, yaitu footlight adalah lampu yang diletakkan di
atas dan di bawah pentas dan bonderlight adalah lampu yang diletakka di atas
dan digantung dibelakang border
·
Lampu spotlight adalah sumber sinar yang intensif
memberikan sinar pada satu titik atau bidang tertentu
·
Lampu floodlight adalah lampu tanpa lensa yang mempunyai
kekuatan cukup besar dan terang
2) Dekorasi
Dekorasi
sangat penting bagi pelaksanaan pertunjukan dimana penonton akan terbawa dengan
suasana, dan ikut hanyut dengan situasi dan kondisi pemain.
F. Fungsi
Teater
1) Teater sebagai Sarana Upacara
2) Teater sebagai Media Ekspresi
3) Teater sebagai Media Hiburan
4) Teater sebagai Media Pendidikan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teater
adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam
suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi
dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses
terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi
dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur
pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap
budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Tetaer
juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak
terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga
menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan
karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga
dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup
sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti
dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah
masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa
atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
B. Saran
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya penulis. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mohon kritik dan
sarannya untuk kesempurnaan pembuatan makalah dikemudian hari.
DAFTAR
PUSTAKA
http://karyailmiahbn2013.files.wordpress.com/2013/02/seni-teater-by-mutiara-mc-moran-rambet.pdf
http://ogetgote.wordpress.com/documents/free-download-kumpulan-makalah/makalah-seni-teater/
http://i-makalah.blogspot.com/2013/01/makalah-seni-teater.html
http://www.febrian.web.id/search/label/Seni%20budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Teater
http://www.teaterpetass.com/2013/02/10-bentuk-teater-tradisional-di.html
Komentar
Posting Komentar